Di balik kilau emas, tersembunyi tragedi yang merenggut nyawa bumi. Ekskavator raksasa, bagaikan monster rakus, mencabik-cabik perut bumi demi memuaskan hasrat manusia akan harta karun yang fana.
Pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang menggunakan alat berat ini telah menjelma menjadi momok menakutkan, meninggalkan luka menganga di alam dan merenggut masa depan bangsa.
Ekskavator tak hanya menelan hutan dan mencemari sungai, tetapi juga merenggut nyawa para penambang yang terjebak dalam ambrolnya lubang tambang. Darah dan air mata bercampur lumpur, menjadi saksi bisu keserakahan manusia yang mengorbankan keselamatan demi keuntungan semata.
Dampak PETI tak berhenti di situ. Pencemaran merkuri dari aktivitas penambangan meracuni sungai dan tanah, merenggut kesehatan masyarakat dan mengancam generasi penerus. Ekosistem alam pun runtuh, flora dan fauna kehilangan habitatnya, dan keseimbangan alam terancam punah.
Pemerintah harus segera bertindak tegas untuk menghentikan tragedi ini. Penegakan hukum yang adil dan konsisten, tanpa pandang bulu, adalah kunci utama. Aparat penegak hukum harus berani menindak para mafia tambang dan menghentikan operasi ekskavator ilegal.
Namun, penindakan saja tak cukup. Rehabilitasi lingkungan dan pemulihan ekosistem yang rusak akibat PETI harus menjadi prioritas utama. Masyarakat yang terdampak juga harus dibantu dan diberdayakan agar mereka tidak kembali ke jeratan PETI.
Masyarakat pun harus turut berperan aktif. Melaporkan aktivitas PETI kepada pihak berwenang dan menolak membeli emas ilegal adalah langkah nyata untuk menyelamatkan bumi dan masa depan bangsa.
Mari, hentikan tragedi PETI menggunakan Ekskavator sebelum terlambat! Melawan keserakahan demi bumi lestari dan masa depan cerah. (Dandi)