Penulis : Daripohuwato.id
Pemilihan calon Gubernur dan Wakil gubernur, serta calon Bupati dan Wakil Bupati semakin mendekat, para kontestan mulai gencar mempersiapkan diri untuk mensosialisasikan program dan visi-misi mereka kepada masyarakat. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah menggelar konser atau acara hiburan lainnya untuk menarik perhatian publik. Meskipun langkah ini seringkali disambut antusias oleh masyarakat, di balik euforia tersebut tersimpan tantangan yang lebih kompleks.
Konser dan kegiatan besar ini memang menciptakan kesenangan di awal, namun bisa jadi beban di kemudian hari. Pasalnya, ketika seorang calon berhasil duduk di kursi pemerintahan, tidak sedikit yang kemudian lebih mementingkan upaya memulihkan dana yang dihabiskan selama kampanye ketimbang fokus pada janji-janji untuk kesejahteraan rakyat.
Praktik seperti ini sering menjadi sorotan, terutama ketika kepentingan rakyat terabaikan dan prioritas bergeser ke arah pemulihan finansial pribadi atau kelompok tertentu. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana kompetisi politik yang awalnya bertujuan mulia dapat berubah menjadi ajang mempertahankan kekuasaan dan mengamankan keuntungan pribadi, meninggalkan janji-janji manis kampanye hanya sebagai kenangan.
Pada akhirnya, masyarakatlah yang harus lebih jeli dalam memilih pemimpin. Slogan dan konser megah tak selalu menjadi indikator nyata akan kepemimpinan yang baik. Pemilih harus mengedepankan pertimbangan matang berdasarkan rekam jejak, kapabilitas, dan integritas para kandidat, bukan sekadar terpikat oleh hiburan yang ditawarkan. Sebab, masa depan sebuah daerah ada di tangan pemimpin yang benar-benar peduli pada kepentingan rakyat, bukan sekadar pada keuntungan sesaat.
Praktik seperti ini hanya akan terjadi di Negara Konoha dan tidak akan terjadi di negara lainnya.