Oleh : Rahmat Syaifullah, S.Psi
Pemilu merupakan proses demokrasi dalam politik yang menjadi sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk membentuk pemerintahan perwakilan. Proses persaingan politik tidak hanya terjadi pada politisi, namun juga rakyat sebagai simpatisan. Sehingga tidak heran jika proses ini merupakan sebuah proses yang keras, melibatkan fisik maupun psikis. Winston Churchill, mantan presiden Amerika Serikat menyebut, dalam perang kita terbunuh sekali tapi dalam politik bisa berkali-kali. Polemik dan intrik dalam politik memang tidak tertebak, bisa jadi inilah yang membuat kisruh dalam dunia politik menyebabkan politisi serta simpatisan rentan mengalami gangguan jiwa.
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh mentalhealth.org.uk, ketidakpastian dalam dunia politik dapat memengaruhi kesehatan mental. Dan ini tidak hanya dialami oleh pelaku politik melainkan rakyat biasa yang terlibat secara langsung (simpatisan) maupun tidak. Penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association pada 2016 mengungkapkan bahwa 66 persen orang mengalami stres karena iklim politik di negaranya.
Roche dan Jacobson melakukan penelitian pada mahasiswa di musim pemilu Amerika Serikat tahun 2016 lalu. Hasil penelitian menunjukkan pada masa sebelum dan sesudah pemilu terjadi kenaikan yang signifikan terhadap emosi negatif. Masa pemilu juga menyebabkan tingkat stres yang meningkat secara signifikan, bersamaan dengan masalah kualitas tidur yang buruk. Emosi yang dirasakan pada saat-saat yang menegangkan ini juga dipercaya meningkatkan kejadian kecemasan, walaupun sebagian besar hanya terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Perlu diketahui bahwa Roche dan Jacobson pun menemukan bahwa emosi dan reaksi seperti rasa takut dan marginalisasi yang muncul sebagai bagian dari kampanye politik juga berpengaruh secara signifikan dan tak mereda dengan cepat karena ketidakpastian yang akan terjadi kedepannya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh DeJonckheere et al (2018) menarik kesimpulan umum bahwa respons emosional yang disebabkan oleh peristiwa politik yang bermuara pada pemilu dapat memacu tingkat stres dan kecemasan hingga dapat mempengaruhi performa seseorang dalam menjalani rutinitasnya. Siapapun yang tidak merasa ada perubahan pada kesehatan fisik maupun mentalnya biasanya berpikir bahwa efek dari pemilu belum mempengaruhi mereka dan tidak terlalu peduli pada politik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh peneliti San Fransisco State University juga menemukan bahwa hasil pemilu tahun 2016 mempengaruhi generasi muda secara signifikan. Bahkan beberapa diantaranya sampai menunjukkan gejala yang mirip dengan seseorang yang memiliki Post Traumatic Stres Disorder (PTSD- Gangguan stres pasca trauma).
Sebuah perspektif yang berbeda: Bagaimana kondisi kesehatanmu dapat mempengaruhi partisipasimu?
Diluar dari analisis bagaimana prospek pemilu dan hasilnya dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, ada pula penelitian yang melihat dari sisi lain, bagaimana kesehatan mental seseorang dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam pemilu?
Sebuah penelitian dari Couture dan Breux pada tahun 2017, melihat pemilu Kanada, baik tingkat regional maupun nasional, ditemukan bahwa kesehatan mental seseorang dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan mereka untuk berpartisipasi dalam pemilu. Dari data yang telah dikumpulkan dalam penelitian, mereka dengan kesehatan mental yang relatif buruk memiliki kemungkinan kecil untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu. Efek jangka panjang ini ditekankan kepada seseorang yang biasanya tidak terlibat atau berkecimpung di dunia politik, yang akhirnya memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari hal-hal berbau politik. Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa musim pemilu dan politik secara umum dapat mempengaruhi kesehatan mental apabila kita tidak dapat menjaga diri sendiri selama waktu yang menegangkan ini. Dengan terhubungnya kehidupan kita dengan internet beberapa dekade terakhir ini, penting untuk mengetahui kapan kita harus menarik diri dari keributan dan memastikan bahwa kita memiliki pola pikir yang optimal untuk memilih dan menghadapi hasil pemilu juga.